Kamis, 23 April 2009

AJARAN SYAIKH ABDUL QADIR JAILANI

Diterjemahkan dari buku asli yang berjudul : Futuhul Ghaib
Penerjemah : Asep Kamal
Penyunting : Ir.Abdurrahman Zein
KUNCI TASAWUF
MENYINGKAP RAHASIA KEGAIBAN HATI

Dengan asma Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Ajaran Pertama
Ada tiga perkara yang wajib diperhatikan oleh setiap Mu'min di dalam seluruh keadaan, yaitu: (1) melaksanakan segala perintah Allah; (2) menjauhkan diri dari segala yang haram; dan (3) ridha dengan hukum-hukum atau ketentuan Allah.
Ketiga perkara ini jangan sampai tidak ada pada seorang Mu'min. Oleh karena itu, seorang Mu'min harus memikirkan perkara ini, bertanya kepada dirinya tentang perkara ini dan anggota tubuhnya melakukan perkara ini.

Ajaran Kedua
Ikutilah dengan ikhlas jalan yang telah ditempuh oleh Nabi Besar Muhammad saw, dan janganlah merubah jalan itu. Patuhlah kepada Allah dan Rasulnya, dan jangan sekali-kali berbuat durhaka. Ber-Tauhidlah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya. Allah itu Maha Suci dan tidak mempunyai sifat-sifat tercela atau kekurangan. Janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah. Bersabarlah dan berpegang teguhlah kepada-Nya. Bermohonlah kepada-Nya dan tunggulah dengan sabar. Bersatu-padulah didalam menta'ati Allah dan janganlah berpecah belah. Saling mencintailah diantara sesama dan janganlah saling mendengki. Hindarkanlah diri dari segala noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan keta'atan kepada Allah. Janganlah menjauhkan diri dari Allah dan janganlah lupa kepada-Nya. Janganlah lalai untuk bertobat kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Janganlah jemu untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan malam hari. Mudah-mudahan kamu diberi rahmat dan dilindungi oleh-Nya dari marabahaya dan azab neraka, diberi kehidupan yang berbahagia di dalam surga, bersatu dengan Tuhan dan diberi nikmat-nikmat oleh-Nya. Kamu akan menikmati kebahagiaan dan kesentosaan yang abadi di surga beserta para Nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada' dan orang-orang shaleh. Kamu akan hidup kekal di dalam surga itu untuk selama-lamanya.

Ajaran Ketiga
Manakala seorang hamba Allah diuji oleh Allah, maka mula-mula ia akan melepaskan dirinya dari ujian atau cobaan yang menyusahkannya itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada orang-orang lain seperti para raja, para penguasa, orang-orang dunia atau para hartawan. Jika ia sakit, maka ia akan meminta pertolongan kepada dokter atau dukun. Jika hal inipun tidak berhasil, maka ia kembali menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT untuk memohon dan meratap kepada-Nya. Selagi ia masih dapat menolong dirinya, ia tidak akan meminta pertolongan kepada orang lain. Dan selagi pertolongan lain masih ia dapatkan, maka ia tidak akan meminta pertolongan kepada Allah.

Jika ia tidak mendapatkan pertolongan Allah, maka ia akan terus meratap,shalat, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh harapan dan kecemasan terhadap Allah Ta'ala. Sekali-kali Allah tidak akan menerima ratapannya, sebelum ia memutuskan dirinya dari keduniaan. Setelah ia terlepas dari hal-hal keduniaan, maka akan tampaklah ketentuan dan keputusan Allah pada orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan, selanjutnya hanya ruh sajalah yang tinggal padanya.

Dalam peringkat ini, yang tampak olehnya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah di dalam hatinya kepercayaan yang sesungguhnya tentang Tauhid (ke-Esaan Allah).
Pada hakekatnya, tidak ada pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan, kecuali Allah saja. Tidak ada kebaikan dan tidak ada keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan, tidak ada faidah dan tidak pula anugerah, tidak terbuka dan tidak pula tertutup, tidak mati dan tidak hidup, tidak kaya dan tidak pula papa, melainkan semuanya adalah di tangan Allah.
Hamba Allah itu tidak ubahnya seperti anak bayi yang berada di pangkuan ibunya atau seperti orang mati yang sedang dimandikan atau seperti bola di kaki pemain; melambung, bergulir ke atas ke tepi dan ke tengah, senantiasa berubah tempat dan kedudukan. Ia tidak mempunyai daya dan upaya. Maka hilanglah ia keluar dari dirinya dan masuk ke dalam perbuatan Allah semata-mata.

Hamba Allah semacam ini, hanya melihat Allah dan perbuatan-Nya. Yang didengar dan diketahuinya hanyalah Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka yang didengar dan diketahuinya itu hanyalah firaman Allah. Dan jika ia mengetahui sesuatu, maka ia mengatahuinya itu melalui pengetahuan Allah. Ia akan diberi anugerah Allah. Beruntunglah ia, karena dekat dengan Allah. Ia akan dihiasi dan dimuliakan. Ridhalah ia kepada Allah. Bertambah dekatlah ia kepada Tuhannya. Bertambah cintalah ia kepada Allah. Bertambah khusyu'lah ia mengingat Allah. Bersemayamlah ia di ' dalam Allah'. Allah akan memimpinnya dan menghiasinya dengan kekayaan cahaya ilmu Allah. Maka terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia-rahasia Allah Yang Maha Agung. Ia hanya mendengar dan mengingat Allah Yang Maha Tinggi. Maka ia senantiasa bersyukur dan shalat di hadapan Allah SWT.

Ajaran Keempat
Apabila kamu 'mati', maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu." Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu-nafsu badaniyyah. Apabila kamu telah 'mati' dari nafsu badaniyyah, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu". Kemudian Allah akan mematikan kamu dari kehendak-kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah 'mati dari kehendak dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu." Kemudian Allah akan menghidupkan kami di dalam suatu 'kehidupan' yang baru.

Setelah itu, kamu akan diberi 'hidup' yang tidak ada 'mati' lagi. Kamu akan dikayakan dan tidak akan pernah papa lagi. Kamu akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu, sehingga kamu tidak akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberi kesentosaan dan kamu tidak akan merasa ketakutan lagi. Kamu akan maju dan tidak akan pernah mundur lagi. Nasib kamu akan baik, tidak akan pernah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan dihinakan. Kamu akan didekatu oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya. Martabat kamu akan menjadi tinggi dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan dibersihkan, sehingga tidak lagi kamu merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu orang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang mandiri. Dengan demikian, maka kamu boleh dikatakan sebagai 'superman' atau orang yang luar biasa.
Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang yang shiddiq. Dengan demikian, kamu akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan datang menemui kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu, tanaman-tanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan dan malapetaka yang hendak menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan rakyat.

Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh dengan membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat mereka kepadamu. Semua ini hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua. Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang tingkah kepadamu. Wahai mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempat-tempat yang ramai dan mereka yang mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada terbatas.

Ajaran Kelima
Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya yang membunuh yang diluarnya tampak lembut tetapi di dalamnya sangat membahayakannya, cepat merusak dan membunuh siapa saja yang memegangnya, yang menipu mereka dan yang menyebabkan mereka lengah terhadap dosa dan maksiat; apabila kamu lihat semua itu, maka hendaklah kamu bersikap sebagai seorang yang melihat orang lain yang membuang air besar yang membuka auratnya dan mengeluarkan bau busuk. Dalam keadaan seperti itu, hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari ketelanjangannya dan menutup hidungmu supaya tidak mencium baunya yang busuk. Demikian pulalah hendaknya kamu bersikap terhadap dunia. Apabila kamu melihatnya, maka hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari pakaiannya dan tutuplah hidungmu supaya tidak mencium bau busuk kegemarlapannya yang tidak kekal. Semoga dengan demikian kamu dapat selamat dari bahaya dan cobaannya. Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, pasti akan kamu rasakan. Allah telah berfirman kepada Nabi Muhammad saw. : Yang artinya :
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS,20:131)

Ajaran Keenam
Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah Allah, dari nafsumu dengan perintah-Nya dan dari kehendakmu dengan perbuatan-Nya agar kamu pantas untuk menerima ilmu Allah. Tanda bahwa kamu telah menghindarkan diri dari orang ramai adalah secara keseluruhannya kamu telah memutuskan segala hubungan kamu dengan orang ramai dan telah membebaskan seluruh pikiranmu dengan segala hal yang bersangkutan dengan mereka.
Tanda bahwa kamu telah putus dari nafsumu adalah apabila kamu telah membuang segala usaha dan upaya untuk mencapai kepentingan keduniaan dan segala hubungan dengan cara-cara duniawi untuk mendapatkan sesuatu keuntungan dan menghindarkan bahaya. Janganlah kamu bergerak untuk kepentinganmu sendiri. Janganlah kamu bergantung kepada dirimu sendiri didalam hal-hal yang bersangkutan dengan dirimu sendiri. Serahkanlah segalanya kepada Allah, karena Dia-lah yang memelihara dan menjaga segalanya, sejak dari awalnya hingga kekal selamanya. Dia-lah yang menjaga dirimu di dalam rahim ibumu sebelum kamu dilahirkan dan Dia pulalah yang memelihara kamu semasa kamu masih bayi.

Tanda bahwa kamu telah menghindarkan dirimu dari kehendakmu dengan perbuatan Allah adalah apabila kamu tidak lagi melayani kebutuhan-kebutuhanmu, tidak lagi mempunyai tujuan apa-apa dan tidak lagi mempunyai kebutuhan atau maksud lain, karena kamu tidak mempunyai tujuan atau kebutuhan selain kepada Allah semata-mata. Perbuatan Allah tampak pada kamu dan pada masa kehendak dan perbuatan Allah itu bergerak. Badanmu pasif, hatimu tenang, pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur. Dengan demikian kamu akan terlepas dari kebutuhan terhadap kebendaan, karena kamu telah berhubungan dengan Al-Khaliq. Tangan Yang Maha Kuasa akan menggerakkanmu. Lidah Yang Maha Abadi akan memanggilmu. Tuhan Semesta alam akan mengajar kamu dan memberimu pakaian cahaya-Nya dan pakaian kerohanian serta akan mendudukkan kamu pada peringkat orangorang alim terdahulu.

Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah lebur, sehingga nafsu dan kehendakmu akan hancur bagaikan sebuah tempayan yang pecah dan yang tidak lagi berisikan air walau setetespun. Kosonglah dirimu dari seluruh perilaku kemanusiaan dan dari keadaan tidak menerima suatu kehendak selain kehendak Allah. Pada peringkat ini, kamu akan dikarunia keramat-keramat dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada zhahirnya, perkara-perkara itu datang darimu, tapi yang sebenarnya adalah perbuatan dan kehendak Allah semata.

Oleh karena itu, masuklah kamu ke dalam golongan orang-orang yang telah luluh hatinya dan telah hilang nafsu-nafsu kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat ke-Tuhan-an yang maha tinggi. Berkenaan dengan hal inilah maka Nabi besar Muhammad saw. bersabda, "Aku menyukai tiga perkara dari dunia ini: bau-bauan yang harum, wanita dan shalat yang apabila aku melakukannya, maka mataku akan merasa sejuk di dalamnya". Semua ini diberikan kepadanya setelah seluruh kehendak dan nafsu sebagamana disebutkan di atas terlepas dari dirinya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya karena Aku."

Allah Ta'ala tidak akan menyertai kamu, sekiranya semua nafsu dan kehendakmu itu tidak diluluhkan. Apabila semua itu telah hancur dan luluh dan tidak ada lagi yang tersisa pada dirimu, maka telah pantaslah kamu untuk 'diisi' oleh Allah dan Allah akan menjadikan kamu sebagai orang baru yang dilengkapi dengan tenaga dan kehendak yang baru pula. Jika egomu tampil kembali, walaupun hanya sedikit, maka Allah akan menghancurkannya lagi, sehingga kamu kosong kembali seperti semula, dan untuk selamanya kamu akan tetap luluh hati. Allah akan menjadikan kehendak-kehendak baru di dalam diri kamu dan jika dalam pada itu masih juga terdapat diri (ego) kamu, maka Allah-pun akan terus menghancurkannya. Demikianlah terus terjadi sehingga kamu menemui Tuhanmu di akhir hayatmu nanti. Inilah maksud firman Tuhan, "Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya karena Aku." Kamu akan mendapatkan dirimu 'kosong', yang sebenarnya ada hanyalah Alah.
Di dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, "Hamba-Ku yang ta'at senantiasa memohon untuk dekat dengan-Ku melalui shalat-shalat sunatnya. Sehingga aku menjadikannya sebagai rekan-Ku, dan apabila aku menjadikan dia sebagai rekan-Ku, maka aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memegang dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, yakni mendengar melalui Aku, memegang melalui Aku dan mengetahui melalui Aku."

Sebenarnya, ini adalah keadaan 'fana' (hapusnya diri). Apabila kamu telah melepaskan dirimu dan makhluk, oleh karena makhluk itu bisa baik dan bisa juga jahat dan oleh karena diri kamu itu bisa baik dan bisa juga jahat, maka menurut pandanganmu tidak ada suatu kebaikan yang datang dari diri kamu atau dari makhluk itu dan kamu tidak akan merasa takut kepada datangnya kejahatan dari makhluk. Semua itu terletak di tangan Allah semata. Karenanya, datangnya buruk dan baik itu, Dia-lah yang menentukannya semenjak awalya.

Dengan demikian, Dia akan menyelamatkan kamu dari segala kejahatan makhluk-Nya dan menenggelamkanmu di dalam lautan kebaikan-Nya. Sehingga kamu menjadi titik tumpuan segala kebaikan, sumber keberkatan, kebahagiaan, kesentosaan, nur (cahaya) keselamatan dan keamanan. Oleh karena itu, 'Fana' adalah tujuan, sasaran, ujung dan dasar perjalanan Wali Allah. Semua Wali Allah, dengan tingkat kemajuan mereka, telah memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk menggantikan kehendak atau kemauan mereka dengan kehendak atau kemauan Allah. Mereka semuanya menggantikan kemauan atau kehendak mereka dengan kemauan atau kehendak Allah. Pendek kata, mereka memfana-kan diri mereka dan me-wujudkan Allah. Karena itu, mereka dijuluki 'Abdal' (perkataan yang diambil dari kata 'Badal' yang berarti 'pertukaran'). Menurut mereka, menyekutukan kehendak mereka dengan kehendak Allah adalah suatu perbuatan dosa.

Sekiranya mereka lupa, sehingga mereka dikuasai oleh emosi dan rasa takut, maka Allah Yang Maha Kuasa akan menolong dan menyadarkan mereka. Dengan demikian mereka akan kembali sadar dan memohon perlindungan kepada Allah. Tidak ada manusia yang benar-benar bebas dari pengaruh kehendak egonya (dirinya) sendiri, kecuali malaikat. Para malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka. Sedangkan jin dan manusia telah diberi tanggung jawab untuk berakhlak baik, tapi mereka tidak terpelihara dari dipengaruhi oleh dosa dan maksiat. Para wali dipelihara dari nafsu-nafsu badaniah dan 'abdal' dipelihara dari kekotoran kehendak atau niat.
Walaupun demikian, mereka tidak bebas mutlak, karena merekapun mungkin mempunyai kelemahan untuk melakukan dosa. Tapi, dengan kasih sayang-Nya, Alah akan menolong dan menyadarkan mereka.
(BERSAMBUNG)



Misteri Umur, Yang Penting Berkah

Umur manusia adalah perkara ghaib dan merupakan rahasia Allah SWT. Tak seorangpun tahu berapa panjang usia yang dijatahkan untuknya.

Meski Umur termasuk perkara ghaib, beberapa ulama besar mencoba membahasnya. Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad, misalnya, mengkaji masalah umur melalui karyanya, Sabilul'Iddikar wal I'tibar bima Yamurru bil-Insan wa Yanqadhi lahu minal-A'mar (Jalan Menuju Peringatan dan Perenungan tentang Tahapan Usia yang Dilalui Manusia). Ia membagi umur dalam lima tahapan.
Pertama, sejak Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dan membekalinya dengan keturunan.
Kedua, terhitung sejak seorang manusia terlahir dari rahim ibunya hingga ajal menjemput.
Ketiga, dimulai sejak kebangkitan manusia dari alam dunia melalui kematian sampai bertiupnya sangkakala Malaikat Israfil di Padang Mahsyar. Umur ketiga adalah masa penantian seseorang di alam barzakh.
Keempat, berlangsung sejak seorang manusia dibangkitkan dari alam barzakh, bersamaan dengan ditiupnya sangkakala yang kedua hingga manusia melangkah di atas shirath al-mustaqim.
Kelima, dimulai sejak seseorang memasuki pintu surga, atau terjatuh di jurang neraka.

Usia umat Rasulullah SAW tidaklah sepanjang usia umat-umat terdahulu. Dalam sebuah hadist disebutkan, usia mereka umumnya antara 60 sampai 70 tahun.
Rasulullah SAW pernah mengadukan pendeknya usia umat beliau itu kepada Allah SWT. Dengan penuh kasih, Allah SWT menjelaskan, meski usia umat Islam lebih pendek dari umat lain, Allah SWT telah menganugrahkan banyak keutamaan. Diantaranya Lailatul Qadar, malam yang nilainya lebih dari seribu bulan.
Masa muda dan masa dewasa merupakan fase terpenting dalam kehidupan manusia. Mengenai pentingnya masa muda, seorang bijak mengatakan, "Jika engkau tak bisa meraih kemuliaan di hari mudamu, tak akan mulia hidupnya sampai tua".
Yang sangat penting diingat, setiap orang akan diminta pertanggungjawaban tengtang umur yang dianugrahkan kepadanya. Rasulullah SAW bersabda, "Tak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa mudanya, dipergunakan untuk apa; tentang hartanya, darimana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan". (HR At-Tarmidzi).

Melipat Kasur
Dalam Islam, usia 40 tahun dianggap sebagai usia yang istimewa. Ia dipandang sebagai tonggak awal kemapanan seseorang. Rasulullah SAW pun diangkat sebagai Nabi oleh Allah SWT pada usia 40 tahun. Bagi kaum sufi, usia 40 tahun dianggap sebagai pintu gerbang menuju Allah SWT. Seorang sufi besar, Syaikh Abdul Wahhab bin Ahmad Asy-Sya'rani, dalam kitab Bahrul Maurud, menulis, "Telah diambil perjanjian dari kita, apabila umur telah mencapai 40 tahun, hendaklah bersiap-siap melipat kasur dan selalu ingat pada setiap tarik nafas, bahwa kita sedang berjalan menuju akhirat, sampai tak merasa tenang lagi rasanya hidup di dunia". Yang dimaksud dengan "melipat kasur" ialah mengurangi tidur untuk memperbanyak ibadah.
Setelah melampaui fase kedewasaan, kaum muslimin memasuki fase persiapan menghadapi kematian, yakni pada usia 60 sampai 70 tahun. Sabda Rasulullah SAW, "Masa penuaan umur umatku dari 60 hingga 70 tahun". (HR Muslim dan An-Nasa-i).
Oleh karena itu , amat sangat keterlaluan orang-orang yang sudah berusia diatas 60 tahun tapi masih juga melakukan maksiat. Sabda Rasulullah SAW, "Allah SWT tidak akan menerima dalih seseorang sesudah Dia memanjangkan usianya hingga 60 tahun". (HR Al-Bukhari).
Usia lanjut juga merupakan sebuah keistimewaan. Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah SAW menyampaikan firman Allah SWT, "Demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, dan kebutuhan hamba-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah beruban karena tua dalam keadaan muslim". Dalam hadits lain beliau bersabda, "Sebaik-baik diantara kalian ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula amalannya". (HR At-Tarmidzi).
Namun Al-Quran juga berulang kali memperingatkan akan datanya ketuaan dan kepikunan. Misalnya dalam surah An-Nahl ayat 70, "Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu. Dan diantara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah, supaya tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa".
Kepikunan yang mengiringi ketuaan itulah yang ditakuti oleh Rasulullah SAW, sehingga beliau selalu berdo'a, "Aku berlindung kepada-Mu dari usia yang paling hina".
Suatu kali Ma'an bin Zaidah mendatangi Al-Makmun. Makmun bertanya, "Bagaimana keadaanmu di usia tua renta ini?". Ia menjawab, "Aku bisa jatuh hanya karena tersandung kotoran unta, dan cukup diikat hanya dengan sehelai rambut".
"Bagaimana keadaanmu dalam makanan, minuman dan tidurmu?"
Ia menjawab,"Bila lapar, aku marah; dan bila makan, aku merasa jengkel. Bila berada di antara orang-orang, aku mengantuk; dan bila di atas kasurku, aku terjaga".
"Bagaimana keadaanmu dengan para wanita?"
Ia menjawab, "Kalau wanita yang buruk rupa, aku tidak menginginkan mereka; sedangkan para wanita yang cantik tidak menginginkanku".
Makmun berkata, "Kalau begitu tidak pantas orang sepertimu dianggap muda".
"Lipat gandakanlah imbalan untuknya dan haruskanlah ia menetap di rumahnya. Biarkan masyarakat yang mengunjunginya, dan jangan biarkan ia mengunjungi siapapun".
Sejak zaman Rasulullah SAW sampai kini, ada orang-orang yang dianuggrahi Allah SWT umur panjang dari orang-orang pada umumnya. Dan mereka mengisinya dengan berbagai kebaikan, sehingga hidup mereka penuh berkah dan tercatat dalam sejarah. Mereka inilah yang dimaksud dalam hadits Nabi, "Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya".
Disamping itu ada pula orang-orang yang usianya pendek tapi juga sangat berarti, karena dipenuhi berbagai amal yang diridhai Allah SWT. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini pun namanya terabadikan dalam sejarah, dan senantiasa dikenang orang.

Usia Sahabat Nabi
Diantara para sahabat Nabi yang dianugrahi usia panjang adalah Anas bin Malik, salah seorang sahabat utama, perawi hadits terkenal, dan pelayan Rasulullah SAW.
Anas lahir pada tahun ke 10 sebelum HIjrah. Sejak kecil ia sudah memeluk Islam, dan terus melayani Rasulullah SAW sampai beliau wafat. Kurang lebih 10 tahun lamanya ia melayani Rasulullah SAW, yaitu selama beliau menetap di Madinah.
Ibunya yang mula pertama membawanya menghadap Rasulullah SAW agar dapat melayani beliau. Anas bangga menyandang predikat "pelayan Rasulullah", karena kedudukan itu memang suatu kemuliaan.
Ia adalah sahabat yang terbanyak memiliki anak,berkat do'a Nabi SAW. Suatu ketika ibunya memohon agar Rasulullah SAW mendo'akannya. Maka beliaupun mendo'akan Anas, "Ya Allah, berilah rizqi anak dan harta kepadanya, dan berkahilah dia". Dalam redaksi yang lain, do'a beliau sebagai berikut, "Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, dan masukkanlah ia ke dalam surga".
Anas adalah sahabat yang terakhir wafat di Basrah. Menurut riwayat yang paling kuat, ia wafat pada tahun 93 H/711 M dalam usia 103 tahun. Ia wafat setelah menjalani kehidupan penuh perjuangan. Ia kaya dengan ilmu, dan sarat dengan amal. Di saat ajal hendak menjemput, ia berkata, "Talqinkanlah aku dengan ucapan La ilaha illallah". Dan kalimat tauhid itu terus diucapkannya hingga ruh berpisah dari jasadnya.

Ada pula tokoh yang usianya tidak panjang tetapi penuh dengan keberkahan dan kehidupannya tetap dikenang orang dari zaman ke zaman. Salah satunya adalah Umar bin Abdul Aziz, yang pada tahun 99 H/717 M terpilih sebagai khalifah menggantikan Khalifah Sulaiman. Ketika itu usiannya 37 tahun. Ia dipandang sebagai khalifah paling adil dan paling sederhana di antara semua khalifah Bani Umayyah.

Umar juga menghentikan segala bentuk kemewahan para mantan khalifah, dan sebaliknya menghidupkan pengajian Al-Quran dan Sunnah. Ia juga melarang pengawal dan rakyat berdiri menghormatinya. Ketika orang-orang berdiri menghormatinya, ia berkata, "Jika kalian berdiri, kita semua berdiri, jika kalian duduk , kita semua duduk. Sepatutnyalah manusia hanya berdiri menyembah Allah, Tuhan sekalian alam. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan hal-hal fardhu dan menyunahkan hal-hal sunnah. Barang siapa mengambilnya, bertemulah dia dengan-Nya; dan barang siapa meninggalkannya, binasalah dia".

Di Bawah 60 Tahun
Para salaf shalih yang beumur panjang dalam keadaaan ibadah dan taat kepada Allah menganjurkan para pemuda untuk memanfaatkan masa muda mereka, "Pergunakanlah masa muda kalian sebelum kalian menjadi seperti kami saat ini". Maksud mereka, di usia yang tua renta nan lemah tidak dapat melakukan banyak amal shalih padahal di usia mereka yang demikian mereka telah mendahului para pemuda dalam berlomba-lomba menuju jalan Allah dan bersungguh-sungguh dalam mentaati-Nya.
Usia yang panjang dalam beribadah kepada Allah memang sangat diinginkan dan terpuji. Nabi SAW bersabda,"Janganlah seorang di antara kalian menginginkan kematian. Kalau ia memang orang baik, semoga ia mendapat tambahan; kalau ia pendosa, semoga ia dapat bertaubat".
Namun dalam Islam, bukan usia panjang yang terpenting, melainkan keberkahan usia. Keberkahan ditandai dengan bagusnya amal ibadah dan akhlaq serta karya yang bermanfaat bagi generasi sesudahnya.
Semoga Allah SWT selalu bersama kita. Amin